Bagaimana Jika Kita Selalu Merasa Kesepian?


Duduk sendiri di jalanan sembari menghitung kendaraan yang lewat.

Duduk sendiri di teras sembari menikmati senja di sore hari.


Tidur di kasur sembari menatap lampu yang berada di atas kepala kita.


Kesepian seolah sudah akrab dengan kita, dia hadir di manapun kita berada, kemanapun kita pergi, dan sampai kapanpun akan selalu berada dalam diri kita.

Ketika kita merayakan pesta terkadang teman akrab ini muncul dari arah yang tak terduga, dan berbisik “kok bisa ya mereka terlihat bahagia, mengapa aku tak merasakan hal yang sama?” begitulah respon dari teman akrab kita menyapa karibnya dengan cara memunculkan perasaan dan pikiran hampa yang seolah hanya terjadi kepada kita.

Setelah pesta selesai, kita masih merenung, “kok perasaanku jadi begini ya?” sembari memikirkan perasaan yang hampa padahal tadi kita sedang bersenang-senang.

Kita selalu berpikir bahwa hidup itu harus seperti apa yang kita inginkan, kita berada dalam kemeriahan pesta dan bersenang-senang seharusnya sudah cukup untuk merasa bahagia, namun malah timbul rasa hampa.

Aneh bukan? Hidup memang kadang begitu, apa yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan, kita mengharapkan diri kita bahagia saat berada di pesta namun teman karib kita tiba-tiba datang, alih-alih merasa bahagia malah merenung.

Salah satu studi pernah mengatakan bahwa kesepian merupakan respon agar kita bersosialisasi. Banyak dari kita yang memiliki teman; seratus, dua ratus, bahkan ratusan teman yang ada di kontak Whatsapp kita.

Namun, teman yang dimaksud bukan hanya sekedar kontak WA, kontak WA hanyalah angka saja. Menurut teori Angka Dunbar yang menjelaskan mengenai ukuran grup sosial pada manusia, manusia sendiri tergolong ke dalam grup 150 orang. Grup ini terdiri dari sub-grup (angka-angka), Angka pertama bisa disebut dengan grup 5 orang, grup ini berisi orang-orang yang paling dekat dengan kita, tahu semua kehidupan kita, tahu kesukaan kita, tentunya tidak lain tidak bukan adalah keluarga (dan mungkin pacar juga).

Berlanjut ke grup berikutnya. Angka kedua disebut grup 15 orang, grup ini mencakup teman dekat kita, teman-teman yang sering berinteraksi dengan kita, teman yang sering marayakan ultah kita, teman yang tahu serba serbi sifat kita, adalah teman dekat.

Berlanjut ke grup berikutnya lagi. Angka ketiga disebut grup 50 orang, grup ini mencakup teman-teman kita, “maaf ya kita temenan aja”. Iya cuma teman, teman kelas kita, teman kantor kita, teman dunia maya (mungkin) intinya cuma teman.

Berlanjut ke grup terakhir. Angka paling besar yaitu grup 150 orang, grup ini merupakan grup tetangga, teman santai dan kenalan. Grup ini bisa kita undang dalam acara-acara perayaan besar seperti nikahan, kelulusan, atau syukuran.

Dari pengelompokan angka atau grup ini sepertinya terdengar tak berguna ya, namun apa salahnya kita coba setidaknya ketika kita merasa kesepian kita tahu harus bagaimana; berinteraksi dengan mereka.

Nah, muncul lagi pertanyaan-pertanyaan baru:
Bagaimana jika kita tidak dekat dengan keluarga?

Bagaimana jika kita tidak punya teman dekat?

Bagaimana jika kita tidak punya teman?

Bagaimana jika kita tidak pernah punya kenalan?

Subscribe to receive free email updates: